Romadhoni (4132203002)
Jurusan Teknik Produksi Dan Material Kelautan
Fakultas Teknologi Kelautan Intitu Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Abstrak:
Kerusakan
hutan cagar biosfer Giam Siak kecil luar biasa saat ini. Ratusan kubik kayu
hutan Giam Siak kecil ini ditebangi oleh oknum masyarakat yang tidak
bertanggung jawab terhadap kelestarian hutan alam. Bahkan hutan tersebut telah
di kavling-kavling, dijual kepada kaum durban/pendatang sebanyak 5.000 hektar,
tidak hanya itu kebakaran hutan menjadi masalah serius setiap tahunnya dengan
kerusahakan yang sangat memperhitinkan. CIFOR membuat analisis citra satelit
baru untuk wilayah Provinsi Riau, terbakar sepanjang tahun 2013 dengan total
2.891 titik api, menyebabkan masalah asap di Sumatera, Singapura dan Malaysia. Penghacuran Hutan Alam di Riau kembali terjadi
dan berulang tiap tahun. Data Jikalahari menunjukkan tiga tahun terakhir
(2009-2012), Riau kehilangan tutupan hutan alam sebesar 565.197.8 hektar (0,5
juta hekatre), dengan laju deforestasi pertahun sebesar 188 ribu hektar
pertahun atau setara dengan hilangnya 10 ribu kali lapangan futsal per
hari. Dan 73,5 persen kehancuran itu terjadi pada Hutan Alam Gambut yang
seharusnya dilindungi. Penelitian
ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai tingkat kerusakan hutan serta
membantu pengambilan kebijakan terbaik untuk menyelesaikan masalah kerusakan
hutan.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belangkang
Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Dan Bukit Batu (CB-SKBB),
termasuk kawasan yang memiliki karakteristik hamparan rawa gambut dialiri oleh
dua sungai, Bukit Batu dan Siak Kecil, membentang di Propinsi Riau diapit oleh
2 Kabupaten Bengkalis dan Siak serta bagian barat Dumai. Obyek wisata yang
paling menarik adalah hamparan panorama tasik (danau) yang indah di kelilingi
oleh tumbuhan air seperti rasau dan bakung membentuk perakaran yang kompak
seperti spot-spot meyerupai pulau mini jika melihat dari atas. Kawasan ini
telah mendapat sertifikasi dari Program MAB - UNESCO pada tanggal 26 May 2009,
artinya Dunia internasional telah mengakui adanya Cagar Biosfer baru di Indonesia,
kemudian peresmian oleh Menteri Kehutanan MS. Kaban pada tanggal 1 juli 2009,
Pekanbaru – Riau.
Gambar.
1 Peta lokasi Cagar biosfir Giam Kabupaten Bengkalis
Total
luasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil dan Bukit Batu yaitu 705.270 Ha terdiri
dari 3 zonasi
- Zona inti seluas 178.722 ha
meliputi (Suaka margasatwa Giam Siak Kecil 84.967 ha, Suaka Margasatwa
Bukit Batu 21.500 ha, dan alokasi SMF 72.255 Ha ) --- Hijau
- Zona
penyangga seluas 222.425 ha meliputi Hutan Tanaman Indrustri --- Kuning
- Zona
Transisi seluas 304.123 ha meliputi pemukiman, dan perkebunan masyarakat Biru
Lokasi Cagar Biosfer yang akan di kunjungi yaitu Suaka
Margasatwa Bukit Batu atau masyarakat setempat menyebutnya dengan Hutan Sungai
Bukit Batu, ini merupakan bagian areal inti dari landscape Cagar Biosfer.
Ketika memasuki kawasan rasanya seperti berada di daerah lain menyeramkan tapi
sekaligus menyenangkan mengapa, karena karakteristik air yang berwarna
hitam namun jernih seperti air teh dengan jalur sungai yang berkelok-kelok
terkadang menyulitkan perjalanan hal-hal seperti itu dapat memacu andrenalin.
Keanekaragaman Hayati Suaka Margasatwa Bukit Batu dari hasil survey LIPI
menunjukan terdapat bermacam jenis pohon berkayu di areal inti seperti kempas (Koompasia
malacensis), Meranti batu (Shorea uliginosa), Meranti bunga (Shorea
teymanniana) Punak (Tetrameristra glabra), Durian burung (Durio
carinatus), Bintangur (Calophyllum soulatri) )jika ingin mencoba
tracking kita bisa melihat jenis tanaman yang masuk daftar red list IUCN yaitu
Ramin (Gonystilus bancanus ) protected, kantong semar (Nephentes spp)
tak jarang bisa dijumpai satwa liar yang diantarannya masuk daftar CITES mulai
dari primata: Kera ekor panjang (Macaca falcicularis) Lutung (Presbytis
cristata ), Beruk (Macaca nemestrina), mamalia: Harimau sumatera
(Panthera tigris sumatrae) Appendix 1, Aves: Rangkong (Buceros rhinoceros )
Appendix 1, kekek (Anthracoceros malayanus), Elang (Spilornis cheela)
dan Reptil: King kobra (Naza sp), Biawak (Varanus salvator),
labi-labi (Amyda cartilagina) dan jika beruntung bisa melihat buaya muara (Crocodilus
porossus) Appendix 2, Sinyulong (Tomistoma schlegelii) Appendix 1.
Gambar
2. Flora dan fauna yang hidup di Cagar Biosfir Giam
Selain berfungsi sebagai menyerap air, danau tersebut juga
memiliki banyak manfaat. Masyarakat yang tinggal di kawasan Tasik Betung biasa
menggunakan air danau tersebut untuk keperluan sehari-hari seperti mandi,
mencuci pakaian dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, aktifitas masyarakatnya
juga bergantung pada danau air hitam itu. Memanfaatkan hasil alam dengan
menjadikan danau tersebut sebagai sumber mata pencaharian mereka. Sebagian
masyarakat yang berada disana bekerja sebagai nelayan. Aktifitas nelayan mereka
didukung oleh alat yang sangat sederhana yaitu lukah. Lukah adalah alat
penangkap ikan yang terbuat dari bambu. Dan bambu itu sendiri berasal dari
kekayaan hutan yang mereka tinggali.
Namun keindahan keanekargaman hayati tersebut tidak luput
dari ancaman terdapat kawasan ini, antara lain penebangan
besar-besaran diiringi dengan adanya pembuatan kebun kelapa sawit, pemukiman
liar, perladangan, penggembalaan liar, pencurian kayu dan kebakaran hutan.
Masyarakat menduduki kawasan dengan mendirikan bangunan, bertani, beternak
serta melakukan berbagai aktivitas didalam kawasan. Bangunan tempat tinggal
masyarakat terbuat dari kayu yang dicuri dari kawasan hutan. Kegiatan tersebut
tidak dapat dicegah karena terbatasnya jumlah polisi hutan (Polisi hutan)
didaerah ini. Selain penebangan, kebakaran hutan merupakan salah satu factor
yang menyebab kan laju kerusakan hutan semakin bertambah dari tahun ketahun.
Lebih dari 5 ribu ha hutan dijadikan lahan perkebunan pada tahun 2012 dan 4,6 ribu
ha hutan lainnya terbakar pada tahun 2011-2013. Sebagian dari lahan ini tumbuh
kembali menjadi semak belukar, sebagian digunakan oleh parapetani skala kecil,
tetapi sedikit sekali usaha sistematis yang dilakukan untuk memulihkan tutupan
hutan atau mengembangkan pertanian yang produktif. Rendahnya tingkat kepedulian
peduduk menyebabkan laju kerusakanhutan semakin meningkat karena kurangnya
pemahaman pentingnya hutan untuk kehidupan. Bentuk fisik kerusakan hutan biosfer terutama
disebabkan oleh adanya:
(1) Populasi
Penduduk
(2) Kegiatan
penebangan liar,
(3) Penyerobotan
hutan untuk perluasan areal pertanian;
(4) Kebakaran
karena pembukaan hutan yang ceroboh;
(5) Pencurian
kayu dan perambahan hasil hutan di kawasan hutan; dan
(6) Berbagai
kegiatan pelaksanan program pemerintah yang mengharuskan terjadinya penebangan
tegakan hutan dikawasan hutan yang secara eksesif ternyata sering menebang
tegakan hutan lebih dari yang seharusnya.
Apabila
tidak dilakukan upaya-upaya serius dalam penanggulangan
degradasi lingkungan maka pada akhirnya
akan berdampak pada kerusakan kondisi
lingkungan secara keseluruhan.
Degradasi Cagar Biosefir Giam harus ditanggulangi dengan
pendekatan sistem yang kompleks.
Oleh karena berkaitan dengan jumlah penduduk, laju perambahan, dan laju kebakaran. Begitu
pula sumber-sumber kerusakan
hutan lainnya disebabkan oleh
berbagai hal dan
berlanjut secara terus menerus
dalam fungsi waktu.
Salah satu solusi untuk
menangani sistem yang kompleks
ini adalah melalui
pendekatan Model Dinamik.
Berdasarkan pemikiran
ini, maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan
: untuk menggambarkan seberapa besar kerusakan hutan Cagar Biosfir Giam
Siak Kecil Bukit batu (CB-SKBB) akibat pertumbuhan laju perambahan dan laju
kebakaran hutan dengan menggunakan software dan meramalkan seberapa besar
perubahan perubahan yang ditimbulkan dari factor- faktor yang yang disebutkan
diatas yang menyebabkan kerusakan hutan pada Cagar Biosfir Giam Siak Kecil
Bukit batu (CB-SKBB).
1.2
TUJUAN
1. Menganalisa
kerusakan hutan dengan simulasi permodelan dinamis dengan menggunakan software.
2. Meramalkan
seberapa besar perubahan yang di timbulkan dari strategi yang di
implemantisikan bagi kerusakan hutan.
3. Mengetahui
luas kerusakan hutan untuk beberapa tahun ke depan
1.3
MANFAAT
1. Manfaat
dari penelitian ini adalah dapat memberikan arah perencanaan sebagai alternatif
kebijakan bagi para
pengambil keputusan dalam
upaya menekan tingkat kerusakan hutan di Cagar Biosfir Giam Siak Kecil
Bukit batu (CB-SKBB).
2. LANDASAN
TEORI
A.
Pendekatan
Sistem Dinamik
Sistem dinamik adalah metodologi untuk memahami suatu masalah yang
kompleks. Metodologi ini
dititikberatkan pada pengambilan
kebijakan dan bagaimana kebijakan
tersebut menentukan tingkah aku masalah-masalah yang dapat dimodelkan oleh
sistem secara dinamik (Richardson dan Pugh, 1986). Permasalahan dalam
sistem dinamik dilihat tidak disebabkan oleh pengaruh dari luar
namun dianggap disebabkan oleh struktur
internal sistem. Tujuan metodologi sistem dinamik berdasarkan
filosofi kausal
(sebab
akibat) adalah mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang
tata cara kerja
suatu system (Asyiawati, 2002;
Muhammadi et al, 2001). Tahapan dalam pendekatan sistem dinamik adalah :
a.
Identifikasi
dan definisi masalah
b.
Konseptualisasi
sistem
c.
Formulasi
model
d.
Simulasi
model
e.
Verifikasi
dan validasi model
f.
Analisis
kebijakan
g.
Implementasi
kebijakan
Gambar
3. Tahapan pendekatan sistem dinamik
(Widayani, 1999)
Tahapan dalam pendekatan sistem dinamik ini diawali dan diakhiri
dengan pemahaman sistem
dan permasalahannya sehingga
membentuk suatu lingkaran tertutup. Proses dari pendekatan sistem dinamik
dapat dilihat pada Gambar 1.
B.
Penyelesaian Sistem Dinamik
Pada umumnya, model
tersebut disusun berdasarkan
persamaan (model) matematis. Akan tetapi,
saat ini terdapat perangkat
lunak Powersim, yang
dapat menyederhanakan
masalah tanpa harus
menyusun persamaan matematis.
Tabel 1. Simbol dan Istilah dalam Model Sistem dinamik
Istilah
dalam Model
|
Simbol
|
Keterangan
|
Level
|
|
Variabel
keadaan (state variable) atau objek yang
dikaji
|
Flow (aliran)
|
|
Aliran
masuk atau keluar yang berpengaruh pada variabel keadaan
|
Auxiliary
|
|
Variabel
yang nilainya sebagai bagian dari waktu dapat berdiri sendiri atau bergabung
dengan aliran
|
Constant
|
|
Parameter
yang nilainya bukan fungsi waktu, dapat berdiri sendiri atau bergabung dengan
aliran
|
Link
(penghubung)
|
|
Penghubung
antara satu
variabel/parameter
dengan parameter/ variabel lainnya.
|
3.
METODOLOGI PENELITIAN
Diagram sebab akibat
(causal loop diagram) model dinamik dipakai Untuk
memperoleh gambaran pola hubungan antara luas kerusakan hutan, upaya
pemulihannya berupa reboisasi atau penanaman hutan kembali, serta populasi
penduduk, laju perambahannya dan laju kebakaran digunakan suatu alat yang dapat
menitegrasikan komponen-komponen tersebut. Sistem dinamik adalah suatu
metodologi yang digunakan untuk memahami bagaimana suatu system berubah dengan
berjalannya waktu. Dengan demikian metode sistem dinamik ini dinilai bisa
digunakan untuk mengkaji besarnya tingkat kerusakan hutan Cagar Biosfir Giam
Siak Kecil Bukit batu (CB-SKBB).
Variabel yang
berpengaruh adalah penduduk
yang disebut sebagai
faktor pengungkit. Meningkatnya
pertumbuhan penduduk maka
akan meningkatkan faktor
sosial ekonomi seperti
kemiskinan, kesejahteraan, pendidikan,
dan prilaku masyarakat. Meningkatnya angka kemiskinan
mendorong masyarakat meningkatkan
penebangan hutan secara
liar, selain itu rendahnya
pendidikan dan prilaku
masyarakat akan meningkatkan
perambahan hutan secara liar.
Meningkatkatnya perambahan hutan
akan meningkatkan erosi
yang pada akhirnya meningkatkan
pendangkalan danau Meningkatnya
pemanfaatan lahan hutan
akan menurunkan luas hutan.
(causal loop diagram) (Gambar 1).
Gambar 3. Causal Loop Digaram
4.
PEMBAHASAN
4.1
Uji Validasi kinerja
Statistik AME
(Absolute Mean Eror) dan AVE
(Absolute Variation Eror).
Nilai batas penyimpangan yang
dapat diterima adalah 5 – 10%.
Model
dianggap valid apabila E1 < 0.5%
Uji
Kalman Filter (KF),
dengan tingkat fitting
(kecocokan) yang dapat diterima 47,5-52,5% Barlas (1996 dalam Kholil,
2005).
Uji
Durbin Watson (DW),
yaitu tajam sekali DW>2 dan
kurang tajam DW<2
Analisis
Kebijakan ada dua
tahap analisis kebijakan
yaitu: Pengembangan kebijakan
alternatif Analisis kebijakan
alternatif (Muhamadi, dkk. 2001)
4.2
Model Dinamik
Model
dinamik yang dirancang meliputi:(a) sub
model dinamik luas
hutan, (b) sub model dinamik laju perabahan, dan (c)
submodel dinamik penduduk
dan (d) Sub Model Kebakaran Hutan, Simulasi dilakukan
selama periode waktu 30 tahun dimulai
2013-2032, skenario modelnya adalah:
Kebijakan penurunan fraksi
pertambahan jumlah penduduk, Laju kebakaran, laju perambahan dan dampaknya pada peningkatan luas hutan. Pemodelan
diartikan sebagai suatu
gugus pembuatan model yang
akan menggambarkan sistem
yang dikaji (Eriyatno,1999). Pemodelan sistem
dilakukan dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak (software) program
Powersim
4.3
Model
Dinamik
1. Luas Hutan
Peningkatan luas
pemukiman dan pertanian pada akhirnya menurunkan luas hutan Cagar biosfir Giam, luas hutan dibangun berdasarkan
persamaan matematik sebagai berikut:
LH
= (LZI +
LZP+LZT)
Dimana LH = Luas
Hutan m2
LZI
= Luas Inti
LZP
= Luas Penyangga
LZT = Luas Zona Transisis
2. Luas
Kerusakan Hutan
Init
Luas kerusakan Hutan = Luas Kerusakn Mula-mula pada Tahun
Flow
Kerusakan Hutan
Laju Kerusakan
Hutan merupakan
Lkh = Lph + Lkb - Lr
Dimana Lph = Laju Perambahan Hutan
Lkb =
Laju Kebakaran Hutan
Lr = Laju Reboisasi
3. Laju Perambahan Hutan (Lph)
Lph =
Laju Ilegal Loging + Laju Kebakaran Hutan + Populasi Penduduk
4. Laju
Kebakaran hutan (Lkb)
Lkb = Lkh/Curah Hujan x angka laju
kebakaran hutan
5. Laju
Reboisasai (Lr)
6. (Lr ) = laju kerusakan Hutan (Lkh) x Angka
laju rehabilitasi
7. Sisa
Luas Hutan (SLH)
SLH = LH – Lhk
Dimana LH = Luas Hutan
Lkh = Luas Kerusakan Hutan
8. Sisa
Luas Hutan (SLH)
SLH = LH – Lhk
Dimana LH = Luas Hutan
Lkh = Luas Kerusakan Hutan
4 .4
Bebera Kebijakan-Kebijakan yang menjadi
pertimbangan
1. Cagar
biosfer Giam siak kecil sangat potensial dijadikan tempat kunjungan wisata.
Namun hingga saat ini pengembangannya belum maksimal. Diharapkan akan ada lebih
banyak penelitian dan pengembangan di lokasi itu, hingga bisa dibangun berbagai
infrastruktur penunjang wisatanya.
2. Konsesi
penebangan, seperti hak penguasaan hutan (HPH) dan hutan tanaman industri
(HTI), serta usaha dan kegiatan lainnya yang memiliki implikasi terhadap
penebangan hutan, semestinya dihentikan.
3. Melihat potensi-potensi hutan Cagar
biosfir Giam yang besar itu, Pihak terkait, sesegera mungkin dibentuk tim
khusus yang akan merancang dan membentuk sebuah badan atau lembaga yang akan
mengelola Cagar Biosfer Giam Siak Kecil dan Bukit Batu secara profesional. Jika
tidak dikelola secara baik, cagar biosfer ini rentan terhadap aksi pemalakan
liar.
4. Menempatkan
Pos-Pos Polisi Hutan untuk menjaga Kelestarian hutan Cagar Biosfir Giam untuk
mencegah pembalakan liar.
5. Memanfasilitasi
Masarakat sekitar untuk menjaga kelestarian Cagar Biosfir Giam